Shaloom…
perkenalkan, nama saya adalah Wellem Sairwona. Saya adalah alumni dari Program Pascasarjana Teologi (PPST), Fakultas Teologi, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Saya masuk pada tahun 1999 dan lulus tahun 2001. Saya bersyukur mendapat kesempatan untuk studi lanjut S2 atas berkat Tuhan yang disalurkan lewat para alumni Perkantas anonim, yang saya tidak kenal hingga hari ini. Saya hanya kenal Kak Yudit Lam, staf senior Perkantas Semarang, yang menjadi penyalur berkat Tuhan selama saya berkuliah di Yogya. Ketika saya bisa menyelesaikan studi tepat waktu dengan biaya yang saya terima dari donatur, saya sungguh mengucapkan syukur tak terbatas kepada Tuhan Yesus, pemilik pelayanan siswa, mahasiswa dan alumni di seluruh dunia. Sungguh, semua hanya karena anugerah Tuhan semata.
Kak Yudit merupakan Kakak KTB saya selama menempuh program Sarjana Sains Teologi (S.Si.Teol) di Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga. Saya mulai mengenal Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) lewat pelayanan Kak Yudit sekitar tahun 1994, di mana beliau harus bolak-balik Semarang – Salatiga untuk memimpin KTB Pengurus Persekutuan Mahasiswa Kristen Salatiga (PMKS3). Sungguh luar biasa perjuangan seorang yang menangkap visi pemuridan dan mencoba merintis kembali pemuridan di ladang pelayanan mahasiswa di kota Salatiga. Saya bangga dan terharu ketika menjumpai Kak Yudit pada akhir Januari 2024, yang masih setia mengerjakan visi pemuridan, bukan hanya di kalangan mahasiswa, tetapi juga di kalangan siswa SMA dan SMP, ketika usianya sudah di atas 70 tahun. Saya mengisi kegiatan Bible Camp Kitab Markus, Perkantas Semarang, atas undangan Kak Yudit. Selama berada di Bible Camp tersebut, saya bertanya dalam hatiku, apakah saya masih akan setia mengerjakan visi pemuridan hingga di usia lanjutku? Visi yang telah melahirkan banyak pemimpin Kristen yang luar biasa, sekaligus visi yang menjaga pelayanan siswa, mahasiswa dan alumni Kristen, bahkan pelayanan gereja di kota-kota besar bisa exist.
Saya mengenal dan terlibat dalam pelayanan Persekutuan Mahasiswa Kristen Yogyakarta (PMKY) pada tahun 1999-2001 selama saya menempuh studi di UKDW, sebagai sekretaris Tim Pendamping Pelayanan Mahasiswa (TPPM). Tahun tersebut adalah masa-masa awal PMKY, di bawah Perkantas Yogyakarta, berpisah dari Yayasan Gloria. Walaupun kegiatan Persekutuan Umum PMKY masih sering mengunakan Gloria Graha (GG), tetapi dalam operasional pelayanan sehari-hari aktivitas Perkantas Yogyakarta telah menempati rumah kontrakan sementara di jalan Arumdalu 5A (sering disebut dengan “ADELIMA”). Saya bersyukur diberikan kesempatan menjadi salah satu penghuni ADELIMA, bahkan kami sempat membentuk Vokal Grup (VG) Adelima Voice.
Salah satu kesan yang tak terlupakan adalah bagaimana kami berusaha hidup bersama dan bersama-sama menghidupkan sekret agar tidak sekedar menjadi kantor (office), tetapi juga sebagai rumah pembinaan (home training). Pelajaran hidup bersama untuk saling menghargai perbedaan dan saling mendukung seorang akan yang lain membuat pemuridan tidak lagi sebatas teori yang hanya dibahas dalam ruang diskusi sepanjang kegiatan KTB, tetapi menjadi moment di mana kami bisa mempraktikkan dan menghidupi makna dari sharing of life, not just sharing of knowledge. Saya bermimpi suatu waktu, rumah sekretariat Perkantas Yogyakarta di Kepuh, Gondokusuman, yang bukan lagi rumah kontrakan seperti halnya dulu di ADELIMA, suatu waktu kelak dapat menjadi sebuah home training, not just an office.
Oleh karena sejumlah pengalaman di atas, maka saya bersedia membantu pelayanan Perkantas Yogyakarta selaku anggota Badan Pengurus Cabang (BPC), pasca dihubungi oleh Mbak Wiwin, salah satu pengurus TPPM di era kami. Saya bersyukur untuk dua tahun pelayanan sebagai anggota BPC yang periode ini akan berakhir di bulan Maret 2024 mendatang. Saya juga bersyukur untuk Bang Mula, Ketua BPC 2022-2024 dan seluruh tim kerja yang tetap semangat untuk memikirkan, mendoakan dan mendiskusikan kondisi pelayanan siswa, mahasiswa dan alumni di kota Yogyakarta, walaupun anggota-anggota BPC terpisah oleh jarak kota dan tempat tinggal, serta waktu (sebab ada yang berada di Waktu Indonesia Tengah/WITA). Saya pribadi saya bersyukur ketika mendengar laporan dari Kak Johan, Pemimpin Cabang (PC) Perkantas Yogyakarta, perihal kondisi pelayanan pemuridan, khususnya di kalangan mahasiswa, sebab isu pemuridan merupakan concern saya ketika terlibat di dalam BPC.
Walaupun hasil pemuridan dari generasi baru, atau buah pelayanan mahasiswa angkatan 2023 ini belum terlihat, tapi saya melihat secara garis besar bahwa pelayanan pemuridan Yogyakarta sudah kembali on the track, kembali menemukan “roh” nya. Tentunya kita tidak boleh berpuas diri, sebab ini barulah awal, bukan akhir. Kondisi ini bisa berbalik 180 derajat, bila tidak ditopang dengan fungsi monitoring dan evaluasi (MONEV) KTB-KTB secara rutin, konsisten dan konsekuen. Selain itu memang masih ada beberapa kondisi pemuridan yang perlu diwaspadai dan mendapat perhatian extra.
Saya sendiri sejak tahun 2022 mulai lebih intensif dalam mendamping pelayanan mahasiswa di Universitas Kristen Indonesia (UKI), kampus Kristen tertua di Indonesia, lokasi di mana saya kini berusaha untuk melayani, bukan dilayani, sebagaimana moto UKI. Saya kemudian menyadari bahwa mendampingi pelayanan pemuridan (apalagi bila kita memuridkan mahasiswa generasi Z di era disruptif secara langsung) amat sangat rumit. Selain paparan dunia digital yang semakin interaktif dan sangat menarik buat mereka, Kurikulum Merdeka yang dijalankan oleh Mas Menteri (baca: Menteri Pendidikan -red.) telah membuat masa perkuliahan menjadi jauh lebih singkat. Masa efektif seorang mahasiswa belajar di Program Studi (Prodi)-nya hanya tersisa 2½ tahun saja, sebab 3 semester sisanya, mahasiswa boleh berkuliah di prodi lain di dalam kampus, atau di luar kampusnya, bahkan boleh kuliah atau magang di luar negeri. Kami bersyukur bila akhirnya kami dapat merevisi Kurikulum KTB sesuai dengan Kurikulum Merdeka dan kini, kami sedang mengimplementasikannya pada MABA 2023. Saya mohon doanya.
Walaupun semakin sedikit yang mau mengerjakan pemuridan, saya bersyukur masih menemukan mahasiswa-mahasiswa UKI yang menekuni visi ini. Juga segelintir alumni yang mau memberi diri menjadi PKTB, padahal mereka sudah bekerja di tengah hiruk pikuk dan macetnya kota Jakarta. Rasanya malu bila saya yang ada di dalam kampus, yang sehari-hari bekerja di lingkungan kampus, malah justru abai, bahkan lalai mengerjakan visi pemuridan. Saya tidak tahu dengan pergumulan Kakak, Abang dan Adik-Adik alumni sekalian dalam upaya untuk menghidupi visi agung dari Yesus tersebut. Apakah kita termasuk ke dalam segelintir alumni yang masih terlibat dalam mengerjakan visi pemuridan sesuai konteks dan profesi kita masing-masing?
Minimal, saya yakin kita pasti bisa lakukan adalah “memuridkan” keluarga kita (khusus bagi yang menikah) dan/atau “memuridkan” orang-orang terdekat kita; mereka yang ada di dalam pengaruh kita. Itulah yang juga coba saya kerjakan dalam keluarga kami. Saya sadar bahwa saya bukan orang yang sempurna. Demikian juga seisi keluargaku, tapi kami mau saling belajar untuk saling terbuka, percaya dan mengingatkan seorang akan yang lain di dalam terang firman Tuhan. Semoga kita semua pun demikian.
Puji TUHAN… buat seorang istri dan sepasang anak yang Tuhan karuniakan kepada kami sekeluarga. Selain melayani di kampus, saya kadang-kadang melayani di GPIB, GKI dan POUK. Sementara itu, istri saya “melayani” anak-anak PAUD dan TK di salah satu TK Katolik di dekat rumah kami. Semoga sharing saya ini dapat menjadi berkat.
Salam dari Cawang UKI.
Teriring Salam dan Doa,
Wellem Sairwona
Email: wellem.sairwona@uki.ac.id
HP: 085239054070