Somebody crowd me with love.
Somebody force me to care.
Somebody let me come through,
I'll always be there,
As frightened as you,
To help us survive,
Being alive.
—Being Alive, Stephen Sondheim
Bagi Kakak dan Rekan yang belum tahu, rangkaian kalimat di atas adalah salah satu penggalan lirik yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi broadway bernama Stephen Sondheim. Saya tidak sengaja menemukan lagu ini ketika sedang menonton salah satu series barat tentang seorang pemadam kebakaran. Lagu ini kemudian menjadi favorit saya sampai hari ini. Mengapa?
Sebelum saya melanjutkan, perkenalkan saya, Kilau, pada tahun ini diberi kesempatan untuk ambil bagian melayani di ladang mahasiswa bersama Perkantas Jogja. Di PMKY (Persekutuan Mahasiswa Kristen Yogyakarta), saya berperan di Divisi Eksternal. Rasa-rasanya terlalu muluk jika saya kemudian banyak bercerita tentang peran saya di Perkantas, terlebih di PMKY, mengingat ini masih terlalu dini dan perjalanan saya bersama pelayanan ini masih sangat baru untuk ada hal yang ‘digembar-gemborkan’ ke banyak orang.
Mengambil peran melayani Tuhan, bagi saya, adalah sebuah kerinduan sekaligus tantangan. Dibesarkan dari keluarga Kristen sejak lahir tidak mematahkan kerinduan saya untuk mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Semakin banyak angka yang ditambahkan Tuhan ke dalam umur saya, semakin membuat sadar bahwa saya membutuhkan sebuah wadah, sebuah tempat, sebuah rumah, untuk menemukan jalan dan kerinduan untuk makin lekat bersama Tuhan.
Tahun 2022 Tuhan mengizinkan saya untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi, meskipun saat itu sempat tidak punya harapan bisa kuliah karena masalah biaya. Namun, kuasa Tuhan terlebih besar. Tuhan melakukan jauh lebih banyak dari apa yang kita doakan (Efesus 3:20). Jika diceritakan, keajaiban dan berkat Tuhan yang saya alami saat pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi saat itu dapat membuat saya benar-benar terharu. Saya bahkan masih ingat sekali ketika lagu ‘Kuasa-Mu Terlebih Besar’ terputar, bersamaan dengan sapaan hangat Guru Agama Kristen saya di gerbang sekolah, pagi sesudah pengumuman itu berlangsung, “Hore, kuasa-Nya terlebih besar”.
Singkat cerita, dalam semester pertama perkuliahan saya punya banyak pergumulan. “Tuhan, apakah saya benar-benar harus berada di fakultas ini”? Saya menyadari bahwa saya kehilangan momen bersekutu bersama Tuhan. Kebiasaan saya untuk bersaat teduh, merenungkan Firman Tuhan, dan memuji Tuhan, seolah-olah hilang begitu saja. Kosong… Saya merindukan kehadiran teman seperjalanan yang membantu saya untuk kembali merindukan Tuhan, bersekutu bersama, berdoa, sharing, bahkan sekedar bercengkerama hal-hal receh. Di Perkantas, saya kembali menemukan hal-hal yang hilang, saya menemukan tempat untuk berbagi perjalanan.
Berangkat dari rasa kerinduan yang besar, meskipun nekat, saya mulai mengenal Perkantas, ikut KTB, mengenal orang-orang baru, dan saya merasa kerinduan saya terpuaskan. Yesus, dalam Yohanes 15:15, berkata bahwa diri-Nya adalah seorang sahabat. Ia membersamai kita dan memberitahukan segala yang Ia tahu tentang Allah kepada kita. Hal ini yang saya temukan di dalam pelayanan pemuridan Perkantas. Saya diajari untuk terus memiliki teman seperjalanan, seorang sahabat yang sama-sama belajar dan mencari kehendak Allah dalam hidup kita masing-masing. Bersama teman-teman di PMKY saya juga akan terus belajar bagaimana membangun relasi dan mengerti ‘keunikan’ masing-masing melalui peran pelayanan yang diberikan Allah. Meneladan Yesus, sebagai sahabat bagi satu sama lain, kami juga sama-sama belajar untuk mengasihi dan berjalan bersama, apapun kondisinya.
Melalui, lagu ‘Being Alive’ di atas, saya juga menyadari bahwa seorang sahabat juga membantu kita untuk tetap hidup. Mereka mungkin juga memiliki porsi ketakutan yang sama dengan diri kita (as frightened as you). Tetapi seorang sahabat tetap akan membersamai kita, sama seperti Yesus yang terus berjalan bersama kita tanpa melepaskan tangan kita sehingga kita tidak goyah (Mazmur 16:8). Ada banyak kekhawatiran, ada banyak tantangan, ada banyak jalan berliku dalam sebuah pelayanan. Namun, mengetahui ada orang yang membersamai jalan kita membuat kita tetap hidup, tetap berpegang pada teladan Kristus, dan semakin berbuah di dalam Tuhan.
Fin.